nomer togel belalang

    Release time:2024-10-08 04:33:56    source:erek katak   

nomer togel belalang,ernando ari sutaryadi tinggi,nomer togel belalang

Jakarta, CNBC Indonesia- Dinamika perang nuklir terus memanas antara Rusia dan negara-negara Barat. Kali ini, retorika perang berbahaya itu kembali diungkapkan oleh propagandis dan sekutu dekat Presiden Vladimir Putin, Vladimir Solovyov.

MengutipNewsweek, Senin (16/9/2024), retorika ini diungkapkan setelah Kyiv melancarkan serangan wilayah Rusia yang tidak masuk medan perang, Kursk. Namun, serangan Ukraina memicu kekhawatiran nuklir dari Moskow, yang menuduh negara Eropa Timur itu bulan lalu mencoba menyerang pembangkit listrik tenaga nuklir menggunakan drone.

Pilihan Redaksi
  • Perang Arab Melebar ke Mana-Mana, Houthi Bom Israel-Netanyahu Ngamuk
  • Prancis Warning PD 3 Pecah di Eropa
  • Donald Trump Kembali Mau Dibunuh, Hampir Ditembak AK-47

Konflik tersebut telah lama menimbulkan kekhawatiran tentang apakah Rusia dapat mengerahkan senjata nuklir. Putin telah berulang kali membuat pernyataan yang tentang senjata nuklir di tengah perang karena Moskow memiliki lebih banyak hulu ledak nuklir daripada negara lain

Atas situasi ini, Solovyov dalam program baru-baru ini memperingatkan bahwa Rusia telah memiliki 'dasar untuk memulai perang nuklir'. Ia kemudian mengutip doktrin nuklir negara tersebut.

"Kami punya masalah yang sangat sederhana. Pertama, mereka menyerang mata kami yang akan mendeteksi serangan nuklir terhadap Rusia. Menurut doktrin kami, ini sudah menjadi dasar untuk memulai perang nuklir melawan mereka," kata Solovyov dalam video terjemahan yang diunggah ke YouTube oleh kelompok pengawas Russian Media Monitor.

"Anda mengatakan bahwa semuanya berjalan sesuai rencana. Maaf, tetapi pasukan Nazi telah menyerbu wilayah Kursk. Ini bukan bagian dari rencana. Kami punya doktrin yang jelas dan ringkas dan kami bertindak sesuai dengan itu, termasuk penggunaan senjata nuklir," ujarnya.

Kremlin telah berulang kali mencoba membenarkan invasinya dengan mengklaim bahwa 'rezim neo-Nazi' berkuasa di Kyiv. Klaim ini telah ditolak dengan tegas oleh Ukraina dan komunitas internasional.

Pernyataan Solovyov muncul setelah Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Ryabkov memperingatkan bahwa Kremlin sedang mengubah kebijakan perang nuklirnya sebagai respons terhadap apa yang disebutnya eskalasi Barat. Diketahui, Moskow panas dengan Barat karena blok pimpinan Amerika Serikat (AS) itu menyokong Ukraina dengan memberikan Kyiv senjata dan menjatuhkan embargo ekonomi terhadap Rusia.

Ryabkov mengatakan kepada media pemerintah Rusia TASS bahwa ada 'niat yang jelas' untuk membuat perubahan pada doktrin nuklir. Ia menyebut manuver ini 'terkait dengan arah eskalasi musuh Barat kita'.

"Seperti yang telah kami katakan berulang kali sebelumnya, pekerjaan tersebut berada pada tahap lanjutan, dan ada niat yang jelas untuk memperkenalkan koreksi (pada doktrin nuklir), yang disebabkan, antara lain, oleh pemeriksaan dan analisis perkembangan konflik baru-baru ini, termasuk, tentu saja, segala sesuatu yang terkait dengan arah eskalasi musuh Barat kita sehubungan dengan operasi militer khusus," kata Ryabkov, tetapi tidak mengatakan kapan doktrin nuklir yang diperbarui akan siap.

Ini bukan pertama kalinya Rusia memperingatkan tentang respons nuklir. Mantan Perdana Menteri Rusia Dmitry Medvedev, sekutu dekat Putin, mengeluarkan peringatan respons nuklir baru pada hari Sabtu yang menyatakan bahwa itu akan menjadi keputusan dengan 'konsekuensi'.

"Namun, Rusia tetap sabar. Jelas bahwa respons nuklir adalah keputusan yang sangat rumit dengan konsekuensi yang tidak dapat diubah. Namun, orang-orang Anglo-Saxon yang sombong tidak mengakui bahwa kesabaran seseorang hanya dapat diuji dalam jangka waktu yang terbatas," kata Medvedev.


(sef/sef) Saksikan video di bawah ini:

Video: Perang Makin Ngeri, Putin Perluas Aturan Penggunaan Nuklir

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Inggris & Prancis Pancing Kemarahan Rusia, Putin Siap Perang Nuklir