semestabet slot

    Release time:2024-10-08 02:01:52    source:mastoto   

semestabet slot,paito cambodia bospaito,semestabet slot

Jakarta, CNBC Indonesia -Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada pagi ini Selasa (10/09/2024) kembali dibuka melemah melanjutkan koreksi pada penutupan sebelumnya hingga 0,5% lebih.

Melansir dari Refinitiv, harga mata uang garuda pagi ini dibuka pada posisi Rp15450/US$ melemah 0,06% dari penutupan sehari sebelumnya.

Bersamaan dengan pelemahan rupiah pagi ini, indeks harga dolar AS (DXY) berada di titik 101,63 atau menguat 0,13% dari penutupan harga sebelumnya.

Pelemahan rupiah terjadi seiring respon pasar terkait penantian rilis neraca dagang China periode Agustus 2024 serta rilis data dari Bank Indonesia (BI) terkait penjualan ritel periode Juli 2024 yang diperkirakan akan naik.

Pada Agustus 2024, inflasi konsumen China hanya naik 0,6% yoy, lebih lambat dari perkiraan sebesar 0,7%.

Sementara itu, deflasi pada indeks harga produsen (PPI) mencapai 1,8%, lebih dalam dari proyeksi 1,4%.

Pasar kini menunggu rilis neraca dagang China yang menurut data Trading Economics, neraca dagang China pada Agustus 2024 diperkirakan menurun menjadi US$83,9 miliar, lebih rendah dari US$84,65 miliar yang tercatat pada Juli 2024.

Penurunan ini disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ekspor yang hanya mencapai 6,5% yoy pada Agustus, dibandingkan dengan 7% yoy pada Juli.

Baca:
Ekonomi China Loyo, Rupiah Masih Rawan Koreksi!

Sementara itu, impor diperkirakan hanya tumbuh 2% yoy, jauh di bawah pertumbuhan 7,2% yoy yang tercatat pada bulan sebelumnya. hal ini menandakan pertumbuhan ekonomi negeri tirai bambu semakin loyo.

Di dalam negeri, keyakinan konsumen Indonesia meningkat, tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Agustus 2024 yang naik menjadi 124,4 dari 123,4 pada Juli.

Bank Indonesia mencatat peningkatan optimisme konsumen terkait penghasilan saat ini dan ekspektasi pendapatan ke depan.
Pasar juga menanti rilis data penjualan ritel Juli 2024 yang diperkirakan tumbuh 3%, memberikan harapan akan stabilitas daya beli di tengah deflasi dan kontraksi manufaktur.

CNBC INDONESIA RESEARCH


(tsn/tsn) Saksikan video di bawah ini:

Video: IHSG Merosot, Sentimen Global Masih Jadi Biang Kerok

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Potensi Penguatan Rupiah di Tengah Tekanan Indeks Dolar