arek-arek togel

    Release time:2024-10-08 00:27:56    source:jebol togel terpercaya   

arek-arek togel,syair sgp tgl 9 april 2023,arek-arek togel

Jakarta, CNBC Indonesia- Sejumlah negara Timur Tengah beramai-ramai menyuntik dana ke perusahaan-perusahaan pembuat kecerdasan buatan atau Artificial intelligence (AI) di Silicon Valley, Amerika Serikat.

Tren ini muncul setelah negara-negara kaya minyak seperti Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Kuwait dan Qatar berusaha untuk mendiversifikasi ekonomi mereka, dan beralih ke investasi teknologi sebagai lindung nilai.

Dilansir CNBC Internasional, data dari Pitchbook menunjukkan, setahun terakhir pendanaan untuk perusahaan AI oleh negara Timur Tengah telah meningkat lima kali lipat.

MGX, firma investasi AI baru dari Uni Emirat Arab, termasuk pihak yang ingin mendapatkan sepotong jatah penggalangan dana terbaru OpenAI minggu ini, dua sumber mengatakan kepada CNBC.

Pilihan Redaksi
  • China Rilis 100 Pesaing ChatGPT, Google Gemini dan Microsoft Copilot
  • Ini Daftar Profesi yang Masih Pakai Pager untuk Komunikasi

Putaran pendanaan ini dilakukan untuk penetapan value perusahaan OpenAI sebesar US$ 150 miliar, kata sumber yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena diskusi bersifat rahasia.

Beberapa dana ventura milik negara-negara Timur Tengah itu memiliki kantong yang cukup dalam untuk bersaing dengan cek bernilai miliaran dolar yang berasal dari perusahaan-perusahaan seperti Microsoft dan Amazon.

Dana yang berasal dari APBN negara itu pun tidak memiliki masalah untuk menghasilkan uang tunai demi kesepakatan AI. Sebab, mereka berinvestasi atas nama pemerintah, yang sokongan dananya meningkat karena ditopang ledakan harga komoditas energi beberapa tahun terakhir.

Goldman Sachs mencatat, total kekayaan negara-negara Dewan Kerjasama Teluk atau Gulf Cooperation Council (GCC) yang berisi negara-negara kaya dari Timur Tengah, diperkirakan akan meningkat dari US$ 2,7 triliun menjadi US$ $3,5 triliun pada 2026.

Dana Investasi Publik Saudi, atau PIF, telah mencapai US$ 925 miliar, dan telah melakukan investasi sebagai bagian dari inisiatif "Visi 2030" Putra Mahkota Mohammed bin Salman. PIF memiliki investasi di perusahaan termasuk Uber, selain menghabiskan banyak uang untuk liga golf LIV dan sepak bola profesional.

Sementara itu, Mubadala UEA memiliki dana US$ 302 miliar di bawah pengelolaan, dan Otoritas Investasi Abu Dhabi memiliki US$ 1 triliun di bawah pengelolaan. Otoritas Investasi Qatar memiliki US$ 475 miliar, sementara dana Kuwait telah mencapai US$ 800 miliar.

Awal pekan ini, MGX yang berbasis di Abu Dhabi bergabung dalam kemitraan infrastruktur AI dengan BlackRock, Microsoft, dan Mitra Infrastruktur Global, yang bertujuan untuk mengumpulkan US$ 100 miliar untuk pusat data dan investasi infrastruktur lainnya.

MGX diluncurkan sebagai dana AI khusus pada Maret, dengan Mubadala Abu Dhabi dan perusahaan AI G42 sebagai mitra pendiri.

Baca:
Kisah Petani Jawa Temukan Harta Karun Emas 16 Kg Saat Gali Sawah

Mubadala UEA juga telah berinvestasi di pesaing OpenAI, Anthropic, dan merupakan salah satu investor ventura paling aktif, dengan delapan kesepakatan AI dalam empat tahun terakhir, menurut Pitchbook. Anthropic mengesampingkan pengambilan uang dari Saudi dalam putaran pendanaan terakhirnya.

PIF Arab Saudi sedang dalam pembicaraan untuk menciptakan kemitraan senilai US$ 40 miliar dengan perusahaan modal ventura AS Andreessen Horowitz. PIF juga meluncurkan dana AI khusus yang disebut Saudi Company for Artificial Intelligence, atau SCAI.

Namun, catatan masalah hak asasi manusia kerajaan tetap menjadi persoalan bagi beberapa mitra Barat dan start-up. Kasus yang paling menonjol dalam beberapa tahun terakhir adalah dugaan pembunuhan jurnalis Washington Post Jamal Khashoggi pada 2018, sebuah peristiwa yang memicu reaksi internasional di komunitas bisnis.

Bukan hanya Timur Tengah yang menyemprotkan uang ke AI. Dana pemerintah Prancis Bpifrance telah menandatangani 161 kesepakatan AI dan pembelajaran mesin dalam empat tahun terakhir, sementara Temasek dari Singapura telah menyelesaikan 47, menurut Pitchbook. GIC, dana lain yang didukung Singapura, telah menyelesaikan 24 kesepakatan.

Banjir uang tunai membuat beberapa investor Silicon Valley khawatir tentang efek SoftBank, mengacu pada Vision Fund Masayoshi Son dari SoftBank terutama mendukung Uber dan WeWork, mendorong perusahaan ke valuasi setinggi langit sebelum go public. WeWork mengalami kebangkrutan tahun lalu setelah dinilai oleh SoftBank sebesar US$ 47 miliar pada 2019.

Bagi AS, memiliki dana kekayaan negara yang berinvestasi di perusahaan-perusahaan Amerika, dan bukan di musuh China, telah menjadi prioritas geopolitik.

Jared Cohen dari Goldman Sachs Global Institute mengatakan ada jumlah modal yang tidak proporsional yang berasal dari negara-negara seperti Arab Saudi dan UEA, dan kesediaan untuk menyebarkannya di seluruh dunia. Dia menggambarkan mereka sebagai "geopolitical swing states."


(hsy/hsy) Saksikan video di bawah ini:

Video: Peran Perbankan Pacu Aktivitas Investasi & Ekonomi RI

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article BRI dan Microsoft Eksplorasi AI Untuk Akselerasi Inklusi Keuangan RI