kura kura togel

    Release time:2024-10-08 00:12:42    source:jntjitu   

kura kura togel,899 koin tiktok berapa rupiah,kura kura togel

Jakarta, CNBC Indonesia -Ekonom menilai Indonesia tengah menghadapi krisis lapangan kerja yang layak. Tanda-tanda krisis itu terlihat dari banyaknya masyarakat yang 'terpaksa' menjadi driver ojek online (ojol).

Dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB) Yorga Permana mengatakan pernah melakukan studi mengenai pengendara ojol di wilayah Jakarta. Hasilnya, mayoritas mereka sebenarnya berharap bisa bekerja di sektor formal.

Baca:
Tabungan Orang Kaya Makin Tebal, Bankir Kok Malah Resah?

"Kesimpulan studi saya adalah 66% dari mereka ingin bekerja menjadi pegawai atau buruh, tapi mereka tetap bekerja di sektor gig worker karena tidak ada pilihan lain," kata Yorga dalam diskusi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) tentang Kelas Menengah Turun Kelas, dikutip Selasa, (10/9/2024).

Yorga mengatakan banyaknya masyarakat yang terjebak sebagai gig worker menjadi ancaman tersendiri bagi perekonomian. Menurut dia, gig worker relatif rentan secara ekonomi karena tidak memiliki upah bulanan dan kepastian pendapatan. Karena itu, kata dia, para pengendara ojek online cenderung berada di kelas ekonomi rentan atau maksimal aspiring middle class (AMC).

"Kami juga menemukan gig worker ini adalah fenomena urban, di mana 25% ojol dan kurir tinggal di Jabodetabek dan 40% di Pulau Jawa," kata dia.

Baca:
Pantas Kelas Menengah Anjlok, Banyak Warga Terjebak Jadi Driver Ojol

Yorga juga menjelaskan fenomena maraknya gig worker ini bukanlah hal baru. Menurut risetnya, selama 10 tahun terakhir pekerjaan baru di DKI Jakarta ditopang oleh sektor pekerjaan gig ini.

"Secara agregat tidak ada pekerjaan baru di sektor formal, tapi peningkatan pekerjaan di bidang logistik, self-employment itu meningkat pesat," kata dia.

"Salah satu kesimpulannya adalah tidak bisa kita hanya melihat skema kemitraan yang tidak adil, eksploitasi dari platform besar-besaran tanpa kita melihat gambar lebih jauh bahwa Indonesia mengalami krisis pekerjaan layak, sehingga banyak orang lari jadi driver ojol karena tidak adanya pekerjaan," lanjut Yorga.

Dia mengatakan ketersediaan pekerjaan yang layak amat penting dalam konteks menurunnya jumlah kelas menengah di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebanyak 9,48 juta kelas menengah turun ke kelas ekonomi yang lebih rendah selama 2019-2024. Yorga mengatakan kelas menengah yang kuat hanya bisa terjadi ketika pekerjaan dengan gaji yang layak tersedia.

Baca:
Warga RI Masih Doyan Liburan Meski Jumlah Kelas Menengah Turun

"Kelas menengah yang kuat tidak akan tercipta tanpa pekerjaan layak dan stabil," kata dia.

Korelasi antara pekerjaan yang layak dan kelas menengah yang kuat sebelumnya sudah diungkap oleh Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM UI). Peneliti LPEM FEB UI Teuku Riefky mengatakan penurunan proporsi kelas menengah tidak terlepas dari kondisi lapangan kerja di Indonesia yang tak banyak berubah sejak satu dekade lalu.

Dia mengatakan pada 2014, jumlah kelas menengah yang bekerja di sektor produktivitas rendah seperti pertanian sebesar 72,6%. Kondisi tersebut tak banyak berubah pada 2023 dengan angka 72,3%.

"Ini mengindikasikan tidak adanya perbaikan signifikan dari mobilitas tenaga kerja menuju sektor yang lebih produktif," kata Riefky.


(rsa/haa) Saksikan video di bawah ini:

Video: PHK Hingga Kelas Menengah Nyaris Miskin Hantui Ekonomi RI

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Gak Perlu Bansos, Kelas Menengah Butuh Lapangan Kerja Demi Ini