rtp totobeta

    Release time:2024-10-07 22:05:19    source:ronaldinho nomor punggung 10   

rtp totobeta,no togel 94,rtp totobeta

Jakarta, CNBC Indonesia- China kini dibanjiri susu akibat terjunnya angka kelahiran, serta menurunnya permintaan konsumen. Hal ini terjadi meski peternakan sapi perah berkembang dalam beberapa tahun terakhir.

Data biro statistik China, seperti dikutip Reuterspada Jumat (20/9/2024), mengatakan konsumsi susu China turun dari 14,4 kg per kapita pada tahun 2021 menjadi 12,4 kg pada tahun 2022.

Pada saat yang sama, produksi susu di China, produsen terbesar ketiga di dunia, melonjak hingga hampir 42 juta ton tahun lalu, dari 30,39 juta ton pada tahun 2017. Angka ini melampaui target Beijing tahun 2025 sebesar 41 juta ton.

Baca:
Investigasi Teror Ledakan Massal di Lebanon Ungkap Fakta Baru

Harga susu China telah turun sejak tahun 2022 hingga di bawah biaya produksi rata-rata sekitar 3,8 yuan per kg. Situasi ini menyebabkan banyak peternakan yang merugi tutup dan peternakan lainnya mengurangi jumlah ternak mereka dengan menjual sapi untuk diambil dagingnya.

Modern Dairy, salah satu produsen utama China, melaporkan pengurangan separuh dari jumlah ternak sapi perahnya pada paruh pertama tahun ini, membukukan kerugian bersih sebesar 207 juta yuan (Rp 444 miliar).

"Perusahaan peternakan sapi perah merugi karena menjual susu dan menjual daging," kata Li Yifan, Kepala Peternakan Sapi Perah (Asia) di perusahaan jasa keuangan komoditas StoneX.

Impor susu China, terutama dari Selandia Baru, Belanda, dan Jerman, turun 13% year-on-year menjadi 1,75 juta metrik ton dalam delapan bulan pertama tahun ini. Menurut data bea cukai China, susu bubuk, impor susu teratas, turun 21% menjadi 620.000 ton.

Baca:
'Perang' China VS Eropa Masuki Babak Baru, Mau Damai?

"Volume impor bersih produk susu pada tahun 2024 kemungkinan akan turun sebesar 12% dari tahun sebelumnya dan siklus penurunan produksi susu yang berkepanjangan dapat terus memengaruhi volume impor pada tahun 2025," kata Rabobank Research dalam sebuah catatan bulan lalu.

Industri susu China menjamur setelah seruan Beijing pada tahun 2018 untuk lebih banyak peternakan dan produksi yang lebih tinggi. Ini menjadi bagian dari dorongan yang lebih luas untuk swasembada pangan yang lebih besar, memacu proliferasi peternakan dan impor ratusan ribu sapi Holstein untuk persediaan mereka.

Namun, selain ekonomi yang melambat, penurunan angka kelahiran juga berarti lebih sedikit bayi yang membutuhkan susu formula. Angka kelahiran di China pada tahun 2023 mencapai rekor terendah, yakni 6,39 per 1.000 orang, turun dari 12,43 pada tahun 2017.

Pasar susu formula bayi di China mengalami penurunan volume sebesar 8,6% dan nilai sebesar 10,7% selama tahun fiskal 2024 yang berakhir pada Juni dan mungkin akan terus menurun pada tahun 2025. Data ini menurut A2 Milk Company dari Selandia Baru, yang menjual susu formula bayi di China, pada bulan Agustus.

Baca:
Topan Bebinca Hantam Pusat Bisnis China, 400.000 Orang Dievakuasi

Industri susu di China juga telah berjuang untuk memenuhi seruan Beijing pada tahun 2018 untuk mengedukasi konsumen agar beralih dari minum susu menjadi "makan susu" guna meningkatkan konsumsi susu.

Susu cair menyumbang 80% dari konsumsi susu di China, dan upaya untuk mengembangkan pasar keju, krim, dan mentega, dengan mengubah susu menjadi produk bernilai lebih tinggi dengan masa simpan yang lebih lama, telah terhambat oleh konsumen yang semakin berhemat.

Untuk mengelola kelebihan produksi, produsen China mengubah susu mentah menjadi susu bubuk, sehingga menciptakan surplus hingga akhir Juni lebih dari 300.000 ton, menurut Asosiasi Susu China, kira-kira dua kali lipat dari level tahun sebelumnya.

China mengekspor 55.100 ton produk susu pada paruh pertama tahun 2024, naik 8,9% per tahun, tetapi hanya sebagian kecil dari surplusnya.


(luc/luc) Saksikan video di bawah ini:

Video: Fenomena Rumah Kosong Makin Marak di Jepang

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Resesi Seks Bikin Ekonomi Negara Babak Belur, China Sudah Membuktikan