hebat4d

    Release time:2024-10-07 21:33:57    source:rakatoto link alternatif   

hebat4d,togel asia 88 login,hebat4d

Jakarta, CNBC Indonesia- Jepang dikenal memiliki budaya kerja yang sangat intens. Karyawan di berbagai sektor melaporkan jam kerja yang menyiksa dan tekanan tinggi dari atasan. Budaya yang toksik ini memiliki dampak besar terhadap kesehatan karyawan, baik secara fisik maupun mental. 

Stres akibat kerja terbukti berakibat fatal. Ini terbukti dari fenomena yang disebut "karoshi," atau "kematian akibat terlalu banyak bekerja (overwork)."

Laporan CNN Internasionalyang mengutip data Kementerian Kesehatan, Tenaga Kerja, dan Kesejahteraan, menyebut ada 54 pekerja di Jepang meninggal karena kondisi otak dan jantung akibat pekerjaan pada 2022. Jumlah tersebut sebenarnya sudah turun signifikan dari 160 kematian yang tercatat dua dekade lalu.

Baca:
Ternyata Ini 5 Penyesalan Utama Manusia sebelum Ajal dan Kematian
People walk past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, Dec. 11, 2019. Asian stock markets have risen following a report President Donald Trump plans to delay a tariff hike on Chinese goods. (AP Photo/Eugene Hoshiko)Foto: People walk past an electronic stock board showing Japan's Nikkei 225 index at a securities firm in Tokyo Wednesday, Dec. 11, 2019. Asian stock markets have risen following a report President Donald Trump plans to delay a tariff hike on Chinese goods. (AP Photo/Eugene Hoshiko)
Pilihan Redaksi
  • 7 Negara yang Larang Bos Hubungi Karyawan di Luar Jam Kerja
  • Pantas Anak Finlandia Pintar-Pintar, Ini 10 Rahasianya

Namun, jumlah orang yang mengajukan klaim atas tekanan mental di tempat kerja meningkat. Jumlahnya melonjak dari 341 menjadi 2.683 dalam periode waktu yang sama.

Seorang reporter politik berusia 31 tahun dari stasiun televisi NHK meninggal pada 2017 setelah menderita gagal jantung yang disebabkan oleh kelelahan bekerja. Dia bekerja lembur selama 159 jam sebulan sebelum kematiannya.

Lima tahun kemudian, seorang dokter berusia 26 tahun dari sebuah rumah sakit di Kobe meninggal karena bunuh diri setelah bekerja lembur lebih dari 200 jam dalam satu bulan.

Perlu diketahui, di Jepang, bekerja dari pukul 9 pagi hingga 9 malam adalah standar minimum. Sebagian baru bisa meninggalkan kantor pukul 11 malam. 

Seorang karyawan yang menggunakan nama samaran Watanabe mengatakan bahwa saking intense tekanan pekerjaan, dia mulai mengalami masalah kesehatan. Dia menderita "kaki yang bergetar dan masalah perut."

Dia sangat ingin berhenti dari pekerjaannya, masalahnya resignbukanlah hal yang mudah.

Mengajukan pengunduran diri sering dianggap sebagai bentuk ketidakhormatan di Jepang, di mana para pekerja secara tradisional bekerja di satu perusahaan selama puluhan tahun, bahkan seumur hidup.

Baca:
Daftar 10 Negara Paling Pintar di Dunia, No.1 Tetangga Indonesia

Dalam kasus yang paling ekstrem, atasan yang pemarah merobek surat pengunduran diri dan memaksa mereka bertahan.

Karena hal ini, muncul perusahaan konsultan yang membantu pekerja untuk resign dari pekerjaannya. 

Shiori Kawamata, manajer operasi Momuri, mengatakan bahwa tahun lalu saja mereka menerima hingga 11.000 pertanyaan dari klien.

Berlokasi di Minato, salah satu distrik bisnis tersibuk di Tokyo, firma ini diluncurkan pada tahun 2022 dengan nama yang menarik perhatian klien mereka. "Momuri" berarti "Saya tidak tahan lagi" dalam bahasa Jepang.

Dengan biaya 22.000 yen (sekitar Rp2,3 juta), firma ini berjanji untuk membantu karyawan mengajukan pengunduran diri, bernegosiasi dengan perusahaan tempat mereka bekerja, dan memberikan rekomendasi untuk pengacara jika timbul sengketa hukum.


(hsy/hsy) Saksikan video di bawah ini:

Video: Parle Resto & Cafe, Level up Experience Kuliner Indonesia!

iframe]:absolute [&>iframe]:left-0 [&>iframe]:right-0 [&>iframe]:h-full">Next Article Unik! Semua Orang Jepang Bakal Pakai Nama 'Sato' Tahun Segini