monitoring pergerakan kapal penyeberangan merak bakauheni

    Release time:2024-10-08 03:30:02    source:kedondong togel   

monitoring pergerakan kapal penyeberangan merak bakauheni,pasti gacor88,monitoring pergerakan kapal penyeberangan merak bakauheniJakarta, CNN Indonesia--

Israel mengalihkan serangannya dari Hamas ke kelompok milisi Hizbullah di Lebanon.

Militer Israel tercatat telah melancarkan lebih dari 300 serangan udara ke markas Hizbullah di Lebanon selatan pada Senin (23/9).

Para pengamat menyebut serangan Israel ke Hizbullah ini sebagai perang Israel-Lebanon ke-3. Penyebut istilah ini tentu bukan tanpa alasan. Sebab, perang Israel-Lebanon ini rupanya punya sejarah panjang yang bermula puluhan tahun yang lalu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Berikut sejarah panjang konflik antara Israel vs Lebanon:

Lihat Juga :
Arti Nama dan Bendera Hizbullah Musuh Israel di Lebanon

Bermula pada 1948

Konflik antara Israel dan Lebanon bermula pada 1948. Saat itu Hizbullah belum berdiri secara resmi.

Pada 1948, Israel baru saja dilepas sebagai wilayah di bawah protektorat Inggris resmi berdiri sebagai negara. Namun, dilansir Reuters, berdirinya Negeri Zionis ini malah menjadi nestapa bagi warga Palestina.

Saat itu, sekitar 100 ribu warga Palestina terpaksa angkat kaki dari tanah kelahirannya sendiri. Sebab, Israel yang baru saja berdiri menjadi negara berdaulat mencoba menganeksasi wilayah Palestina secara sengaja untuk memperluas wilayahnya.

Merespons tindakan tersebut, Lebanon sebagai negara pendukung kemerdekaan Palestina tidak mau tinggal diam. Mereka beserta negara-negara jazirah Arab lainnya mencoba melakukan perlawanan terhadap Israel yang mencoba mengambil alih wilayah Palestina tanpa izin. Dari sinilah perang antara Lebanon dan Israel dimulai, dikutip Reuters.

Namun, perang antara Lebanon dan Israel ini pun mereda setahun setelahnya. Sebab, kedua negara tersebut memutuskan untuk melakukan gencatan senjata pada 1949, seperti dikutip Reuters.

Israel balas dendam pada 1968

Perang antara Israel dan Lebanon kembali meletus pada 1968. Saat itu, militer Israel menyerang selusin pesawat penumpang yang ada di Bandara Beirut.

Tindakan ini dilakukan sebagai balasan atas serangan terhadap pesawat Israel oleh kelompok pejuang Palestina yang berbasis di Lebanon.

Imbas kejadian tersebut, Organisasi Pembela Palestina (PLO) yang berbasis di Yordania harus pindah markas ke Lebanon, seperti dikutip Reuters.

Lihat Juga :
Daftar Tokoh Penting Hizbullah Paling Diburu Israel, 2 Tewas

Israel kembali berulah pada 1973

Israel kembali berulah pada 1973. Saat itu, pasukan khusus Israel menyamar untuk menembak mati tiga pemimpin kelompok pejuang Palestina yang ada di Beirut.

Tindakan ini dilakukan sebagai upaya balas dendam Israel atas pembunuhan atlet Israel oleh pejuang Palestina di Olimpiade Munich pada 1972, seperti dikutip Reuters.

Dilansir Reuters, serangan Israel terhadap kelompok pejuang Palestina yang ada di Lebanon ini membuat ketegangan antara Israel dan Lebanon kian intens. Sebab, serangan-serangan tersebut ikut membuat panik warga Lebanon yang khawatir akan serangan selanjutnya.

Invasi ke Lebanon dimulai pada 1978

Pada 1978 Israel mulai menginvasi Lebanon selatan. Invasi ini dilakukan untuk menyerang operasi kelompok pejuang Palestina yang berbasis di daerah tersebut, seperti dikutip Reuters.

Tidak hanya itu, Israel juga mencoba menggoyahkan kekuatan Lebanon. Dilansir Reuters, negeri Zionis itu mencoba memecah belah kekuatan militer Lebanon dengan mendukung tentara Kristen setempat yang disebut Tentara Lebanon Selatan (SLA).

Lihat Juga :
Daftar Negara Pemasok Senjata Israel untuk Gempur Lebanon

Invasi Israel kian intens pada 1982

Invasi Israel ke Lebanon kian intens pada 1982. Saat itu, militer Israel menyerang ibu kota Beirut dengan menembakkan belasan rudal dan roket ke daerah tersebut. Tidak hanya itu, dilansir Reuters, militer Israel juga mengepung Beirut selama 10 minggu.

Imbas kejadian ini, ribuan pejuang Palestina di daerah tersebut dievakuasi lewat jalur laut. Sementara itu, ratusan lainnya ada yang terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Namun, nasib pengungsi Israel di kamp pengungsian di Beirut kian suram. Sebab, Pasukan Lebanon Selatan (SLA) yang mendapat dukungan dari militer Israel menyerbu masuk dan mencoba menyerang kamp pengungsian tersebut.

Sebelumnya, militer Israel juga telah membunuh Presiden Lebanon yang baru saja terpilih dengan mengebom mobil dinasnya, seperti dikutip Reuters.

Merespons hal ini, Lebanon langsung membuat langkah perlawanan. Mereka yang didukung oleh Iran mendirikan kelompok milisi Islam Syiah bernama Hizbullah. Pendirian milisi itu bertujuan untuk membalas serangan-serangan Israel ke Lebanon.

Muncul kelompok Hizbullah yang ikut memerangi Israel, baca di halaman berikutnya...

Setahun setelah invasi besar-besaran ke Beirut, tepatnya pada 1983, Israel memutuskan mundur dari Lebanon. Namun, Negeri Zionis dengan bantuan tentara sekutunya, tetap mempertahankan pasukan militernya di wilayah Lebanon selatan.

Merespons hal ini, Lebanon tidak mau tinggal diam. Mereka bersama kelompok milisi Hizbullah yang baru berdiri pada 1982 mencoba balas dendam kepada Israel dengan melancarkan serangan pada 1985, seperti dikutip Reuters.

Dari sinilah perang Hizbullah dan Israel seperti yang saat ini sedang terjadi dimulai.

Israel balas dendam ke Hizbullah pada 1996

Serangan Hizbullah ke Israel ini terus dilakukan hingga 1996. Imbasnya, saat itu, militer Israel melakukan operasi militer bernama Grape of Wrath.

Operasi Grape of Wrath ini dilakukan selama 17 hari. Dilansir Reuters, operasi ini menewaskan lebih dari 200 orang di Lebanon. Dari jumlah tersebut, sebanyak 102 orang yang tewas ketika Israel menembaki pangkalan PBB di dekat Desa Qana, Lebanon selatan.

Lihat Juga :
Daftar Senjata yang Dipakai Hizbullah untuk Perang Lawan Israel

Israel menarik pasukan dari Lebanon selatan 2000

Pada 2000, Israel memutuskan untuk menarik pasukan militernya dari Lebanon selatan. Israel menarik pasukannya usai menduduki wilayah tersebut selama kurang lebih 22 tahun, seperti dikutip Reuters.

Perang Israel vs Hizbullah kembali meletus pada 2006

Pada Juli 2006, Hizbullah memaksa masuk ke wilayah perbatasan Israel untuk menculik dan membunuh tentara Israel. Tindakan berani ini membuat perang antara Israel dan Hizbullah meletus selama 5 minggu.

Dalam pertempuran itu, Israel mencoba menyerang benteng Hizbullah dan merusak fasilitas nasional di Lebanon. Sementara itu, sebagian pasukan Israel lainnya menggempur Lebanon selatan dengan melancarkan serangan udara ke daerah tersebut, seperti dikutip Reuters.

Pada akhirnya, pertempuran ini pun dimenangkan oleh Hizbullah. Dilansir Reuters, mereka mengklaim kemenangan ini sebagai 'Kemenangan Ilahi'.

Dalam peristiwa pertempuran Israel-Hizbullah ini, setidaknya sebanyak 1.200 orang di Lebanon, sebagian besar warga 158 warga Israel, dan sebagian besar tentara dari kedua belah pihak dinyatakan tewas.

Hizbullah kembali menyerang Israel pada 2023

Pada 2023, konflik antara Israel dan Hizbullah kembali memanas. Hizbullah kembali melancarkan invasi ke Israel sehari setelah milisi Hamas Palestina melakukan invasi ke Negeri Zionis tersebut.

Lihat Juga :
Apa itu Pasukan Elite Hizbullah Radwan yang Paling Diincar Israel?

Hizbullah menyerang Israel utara. Sementara itu, Israel melakukan balas dendam dengan menyerang Lembah Beka yang terletak di Lebanon selatan. Dalam insiden saling serang ini, puluhan ribu warga Lebanon terpaksa mengungsi untuk menghindari dampak dan korban jiwa, seperti dikutip Reuters.

Hizbullah mengatakan bahwa serangan terhadap Israel dilakukan sebagai bentuk solidaritas mereka kepada Palestina, seperti dikutip Reuters. Hizbullah berniat balas dendam kepada Israel usai mereka mengebom warga Palestina di Gaza.

Tensi Israel-Hizbullah meningkat pada 2024

Peristiwa perang Israel-Hizbullah kemudian mencapai puncaknya pada 2024. Pada Juli lalu, terjadi sebuah serangan di Dataran Tinggi Golan Israel yang menewaskan setidaknya 12 pemuda.

Hizbullah membantah terlibat dalam serangan tersebut. Namun, Israel tetap membalaskan dendamnya dengan membunuh komandan senior Hizbullah di Beirut, seperti dikutip Reuters.

Pada Agustus, Hizbullah melancarkan serangan balas dendam dengan menembakkan roket dan rudal ke arah pangkalan militer Israel yang terletak di Tel Aviv utara.

Peristiwa saling serang ini pun semakin memanas ketika memasuki bulan September. Israel diduga menyadap pager dan walkie talkie yang merupakan alat komunikasi andalan Hizbullah. Peristiwa ini menyebabkan pager Hizbullah meledak serentak pada Selasa (17/9), sedangkan walkie talkie milik mereka meledak pada (18/9).

Dilansir Reuters, peristiwa ini menewaskan puluhan orang di Lebanon, termasuk salah satu komandan senior Hizbullah.

Tidak sampai di situ, Israel kemudian kembali melakukan serangan ke markas Hizbullah yang terletak di Lebanon selatan pada Senin (23/9). Peristiwa serangan yang menewaskan lebih dari 500 orang ini menjadi serangan Israel ke Hizbullah paling parah sejak 2006, seperti dikutip Reuters.

Selain itu, serangan ini juga membuat ribuan warga Lebanon kini terpaksa mengungsi ke tempat yang lebih aman.